Senin, 24 November 2014

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

PEMENUHAN KEBUTUHAN 
CAIRAN DAN ELEKTROLIT  

Nama               : ZAINUL HUMAM
Kelas               : 1B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN




BAB I
PENDAHULUAN
A.                LATAR BELAKANG
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang, dan menjalankan fungsinya. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara substansi-substansi yang ada di milieu interior. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresi ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B.        RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Keseimbangan cairan dan elektrolit.?
2.      Bagaimana keseimbangan asam basa?
3.      Gangguan apa saja yang mempengaruhi keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa?
4.      Factor apa saja yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?
5.      Bagaimana proses keperawatan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa?
C.        TUJUAN
1.      Mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.      Mengetahui keseimbangan asam basa.
3.      Mengetahui gangguan keseimbangan cairan,elektrolit, dan asam basa.
4.      Mengetahui factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit.
5.      Memahami proses keperawatan ketidakseimbangan ciran, elektrolit, dan asam basa.
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.        KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Volume air dalam tubuh manusia mencapai sekitar 60% dari berat badannya, dan terbagi menjadi:
1.      CAIRAN INTRA SELLULLAIR  : merupakan cairan yang berada didalam sel tubuh dan volumenya mencapai sekitar 40% berat badan manusia.
2.      CAIRAN EXTRA SELLULLAIR  : merupakan cairan yang berada diluar sel tubuh manusia dan volumenya mencapai sekitar 20 % berat badan manusia.
Cairan extra sellullair ini terbagi lagi menjadi : CAIRAN INTERSTITIAL yang merupakan cairan yang terletak diantara sel sel tubuh manusia dan mencapai sekitar 15% dari berat badan, dan CAIRAN PLASMA yang merupakan cairan yang terletak dalam pembuluh darah dan mencapai sekitar 5% berat badan manusia.
Misalkan pada seseorang dengan berat badan 70 kilogram, maka :
Volume cairan total dalam tubuhnya adalah : 60% x 700 kg = 42 liter, yang terbagi menjadi : CAIRAN INTRA SELLULLAIR : 28 liter, CAIRAN INTERSTITIAL : 10,5 liter, dan CAIRAN PLASMA : 3,5 liter.
Antara cairan intrasellullair dan cairan extra sellullair dibatasi oleh dinding sel atau membrane sel, sedangkan antara cairan intra vaskulair dan cairan interstitial dibatasi oleh dinding pembuluh darah. Membran sel berbeda dengan pembuluh darah, dimana membrane sel bersifat semi permeable terhadap  solute terutama yang larut dalam air (glukosa,elektrolit ) sedangkan dinding pembuluh darah permeable terhadap elektrolit dan glukosa, tetapi relative impermeable terhadap protein. Protein disini dapat menarik cairan interstitial masuk ke dalam cairan intravaskulair (plasma) , sedangkan tekanan yang ditimbulkan oleh protein dalam plasma disebut tekanan onkotik plasma.
Keseimbangan cairan dalam tubuh terjadi apabila jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh, sama dengan jumlah cairan yang dikeluarkan oleh tubuh. Pemasukan cairan kedalam tubuh berasal dari : makanan, minuman dan hasil oksidasi bahan makanan. Pengeluaran cairan keluar tubuh melalui : urine,kulit, paru-paru dan tinja. Pengeluaran lewat kulit, paru dan tinja dikenal pula sebagai INSENSIBLE LOSS ( pengeluaran yang tak tampak ).
Volume cairan yang masuk dan keluar tubuh adalah sebagai berikut :
PEMASUKAN :                                                       PENGELUARAN :
Makanan         1000 cc                                                Urine   1500 cc
Minuman         1300 cc                                                Tinja      200 cc
      Metabolisme     300 cc                                           Paru 300 cc                                                                                                                                                              Kulit      600 cc
JUMLAH        2600 cc                                    JUMLAH        2600 cc

Pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh manusia dilakukan oleh :
1.      Ginjal dan Paru-paru
2.      Hormon : misalnya : ADH,Aldosteron,dsb
3.      Rasa Haus
B.        KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
Dalam keadaan normal derajat keasaman (pH) tubuh kita adalah 7,4 (range 7,35 – 7,45).
Bila kurang disebut asidesis
Bila lebih disebut alkalosis
Keseimbangan asam basa dalam tubuh ini menyangkut gas CO2 , asam asam non-karbonat dan basa. Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan melalui tiga mekanisme yaitu :
  1. System Buffer
  2. Pembuangan gas CO2 melalui paru / pernafasan
  3. Pembuangan ion H+ lewat ginjal
SYSTEM BUFFER
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan senyawa kimia yang mampu bertahan pada kadar ion H+ (atau pH) yang tetap, sekalipun ditambah dengan asam atau basa yang kuat.
Buffer yang terutama dalam tubuh kita :
  1. Buffer Bikarbonat
  2. Buffer Protein
  3. Buffer Phosphat
BUFFER BIKARBONAT
Merupakan penyangga paling utama pada cairan extra sellulair dan terdiri dari asam karbonat (H2CO3) dan larutan Bikarbonat (HCO3-). Penyangga paling penting karena dapat diatur oleh ginjal dan paru. N : 1 – 20 ( pada pH tubuh : 7,4 )
BUFFER PROTEIN
Merupakan penyangga untuk cairan intra sellulair dan paling banyak dalam tubuh.
Buffer ini juga berpengaruh pada cairan ekstra sellulair karena ion H+,CO2,dan HCO3- dapat bediffasi kedalam sel. Hemoglobin merupakan buffer protein yang effektif untuk mengikat CO2.
SYSTEM GINJAL
Buffer ini kerjanya lambat dan kurang effektif. Buffer ini kerjanya membuang ion H+ dan menyimpan bikarbonat  (mereabsobsi HCO3-) urine,sebaliknya bila darah terlalu alkalis.
            Dalam keadaan normal :
                                                             pH darah : 7,35 – 7,45
                                                            p CO2        : 40 mm Hg
                                                            HCO3-       : 24 mmol/ltr
ASIDOSIS
Hal ini dapat terjadi karena ganggan pada pernafasan (Respiratory asidosis) atau gangguan metabolisme (metabolic asidosis) :
a.       Respiratory acidosis: biasanya kegagalan pada pembuangan CO2 dari tubuh
b.      Metabolic acidosis: disebabkan karena penumpukan asam .
ALKALOSIS
Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan (respiratory alkolosis) atau gangguan pada metabolisme (metabolic alkalosis)
a.       Respiratory alkolosis : disebabkan karena pengeluaran paru-paru yang begitu cepat.
b.      Metabolic alkalosis : disebabkan karena hilangnya ion H+ dari cairan tubuh atau terjadi penambahan basa pada cairan tubuh.
c.         


C.         GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN , ELEKTROLIT, DAN ASAM BASA
1.     Gangguan Keseimbangan Cairan
a.       Dehidrasi
b.      Syok hipovolemik
2.    Gangguan Keseimbangan Elektrolit
   a.   Hiponatremia
                        Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
1)      Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
2)      Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma.
3)      Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
4)      Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi
b.  Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
c.  Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Etiologi :
1)      Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
2)       Diuretik
3)      Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
4)      Ekskresi berlebihan melalui ginjal
5)      Maldistribusi K+
6)      Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
d.  Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
1)      Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
2)      Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
3)      Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
4)      Insufisiensi adrenal
5)      Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
6)      Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
3.     Gangguan keseimbangan Asam Basa

                    a.  Asidosis Respiratorik

Terjadi karena kegagalan sistem pernafasan mengeluarkan CO2 dengan meningkatkan CO2 maka konsentrasi H+   dan PH ↓

Penyebab / Etiologi:
1)      Over dosis obat
2)      Trauma dada dan kepala
3)      Edema paru- paru
4)      Obstruksi jalan nafas
5)      PPOM
Manifestasi klinis
1)      Pada keadaan hipoventilasi CO2 tertahan dan akan berikatan H2O menyebabkan meningkatnya HCO3.
2)      H2CO3 akan berdisosiasi enjadi H+ dan HOO– sehingga dalam analisa gas darah didapatkan PaCO2 meningkat dan PH turun.
3)      PH yang rendah disertai meningkat 2.3 DPG intra seluler sel darah sehingga mempermudah pelepasan O2 ke jaringan sehingga saturasi turun.
4)      PCO2 meningkat, CO2 jaringan dan otak juga meningkat. CO2 akan bereaksi dengan H2O membentuk H2CO3.
5)      Meningkatnya PaCO2 dan H+ akan menstimulasi pusat pernafasan di medulla Oblongata sehingga timbul hiperventilasi. Secara klinis akan tampak respirasi cepat dan dalam Analisa Gas Darah (AGD): PaCO2 turun.
6)      Pusing, bingung, letargi, muntah sebagai akibat dari penurunan CO2 dan H+ akan mengakibatkan pembuluh darah cerebral.
7)      Aliran darah cerebral meningkat sehingga terjadi oedema otak dan mendepresi Susunan Saraf Pusat
8)      Gagalnya mekanisme pernafasan dan meningkatnya PaCO2 akan menstimulasi ginjal untuk meningkatkan NaHCO3 yang berfungsi sebagai sistem buffer mejadi lebih asam. Hal ini urin menjadi asam dan HCO3 meningkat, pernafasan dangkal dan lambat.
9)      Meningkatnya ion H+ mempengaruhi mekanisme kompensasi sehingga H+ masuk intrasel dan Kalium (K) intrasel masuk ke dalam plasma.
10)  Ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis yang kritis akan mendepresi otak dan fungsi jantung. Secara klinis akan tampak: PaCO2 menurun, PH turun, hiperkalemia, penurunan kesadaran dan aritmia.

b.  Alkalosis Respiratori

Terjadi pada gangguan sistem respirasi mengeluarkan CO2 yang berlebihan sebagai upaya untuk mengurangi hipoxia. Konsekuensi penurunan CO2 di bawah minimal menyebabkan konsentrasi ion H+ berkurang sehingga meningkatkan PH darah.

Etiologi:
1)      Kecemasan
2)      Lesi paru
3)      PPOM
4)      Keracunan salicilat
5)      Penggunaan ventilasi
6)      High Attitude
Manifestasi klinis :
1)      Penurunan PaCO2 berakibat Penurunan H2CO3, penurunan H+ dan HCO3 -, serta meningkatkan PH darah sehingga AGD: PH naik, PaCO2 turun dan HCO3 turun
2)      Meningkatnya K+ dalam serum, H+ intrasel keluar dan diganti K yang ada dalam ekstrasel. H+ bergabung dengan HCO3- menjadi H2CO3 yang berakibat PH semakin rendah. AGD: PH turun, HCO3 naik dan K turun.
3)      Hipokapnia akan merangsang Carotik dan aortik dan aortic bodiea----- frekuensi denyut jantung naik tanpa naiknya tekanan darah, perubahan EKG dan kelelahan
4)      Pada saat yang bersamaan, terjadi vasokonstriksi cerebral dan tururnnya perfusi darah ke otak dengan gejala: Kecemasan, dispnea, keringat dingin, pernafasan cheyne stokes, pusing dan kesemutan.
5)      Jika hipokapnia lebih dari 6 jam, ginjal akan meningkatkan sekresi HCO3 dan menurunkan ekskresi H+
6)      Keadaan PaCO2 yang turun terus menerus menyebabkan vasokonstriksi --- meningkatkan hipoxia serebral dan perifer.
7)      Alkalosis berat, Hambatan ionisasi Ca meningkatkan eksitasi syaraf dan konstraksi otot dengan gejala: Kejang, hiperefleksi, koma.

c.       Asidosis Metabolik

Menurunnya PH dan HCO3. Hal ini disebabkan oleh tertahannya H+ dan hilangnya HCO3. Menurunnya HCO3 disebabkan oleh:

1)      HCO3 digunakan untuk menanggualangi asam organiksbg hasil metabolisme (Ct as. Laktat, asam piruvat, asam asetoasetat dan hidroksi butirat) sehingga H2CO3 bertambah, sehingga tubuh melakukan kompensasi sbb:
a)      Sistem Buffer akan menurunkan H2 CO3 dg cara ion H+ kepada sistem buffer yang lain shg meningkatkan kadar bikarbonat atau plasma.
b)      Paru- paru: Karena H2CO3 atau PaCO2 naik----- merangsang pusat pernafasan, shg tjd hiperventilasi
c)      Ginjal: Berusaha mengembalikan Bicarbonat dg cara memobilisasi H+ di tubulus proximal, sekresi H+ di tubuli distal dan poembentukan NH3 di tubulus distal
2)      Keadaan ini terjadi pada ketosis:
a)      Sebagai akibat gangguan metabolisme (ct. DM) sehingga metabolisme lemak naik. Sehingga banyak terbentuk benda keton yang bersifat asam.
b)      Tiroksitosis: Muntah yang banyak dan lama: menyebabkan cadangan hidrat arang menurun. Kegagalan ginjal untuk mengekresi ion- ion fosfat dan asam yang lain, dengan lain perkataan bahan jadi gangguan pertukaran H+ dan – serta adanya retensi asam tsb.

d.      Alkalosis Metabolik

           Ditandai dengan naiknya PH dan naiknya konsentrasi HCO3- dalam plasma.
Etiologi : Tertahannya HCO3- atau kehilangan H+  Kompensasi tubuh:

1)         Sistem Buffer: Komponen HCO3- akan bereaksi dg sistem Buffer yang lain, shg akan berusaha meningkatnya kadar H2CO3 sbg komponen sistem buffer karbonat.
2)         Paru- paru: karena PH naik, maka pusat pernafasan akan ditekan sg terjadi pernafasan yang lambat dan upaya peningkatan H2CO3
3)         Ginjal akan berusaha mengurangi sekresi pertukaran H+ dan Na+ sehingga ekresi NaHCO3 dan HPO4 naik, yang berarti pengasaman urine berkurang. Disamping itu ekresi NH+ di tubulus distal dan asam-asam hasil metabolisme juga dikeluarkan.
Alkalosis metabolik dapat ditemukan pd defisit kalium melalui 2 cara:
1)      Ginjal akan menahan K dan meningkatkan ekresi H+
2)      K+ intrasel akan berpindah menuju ekstrasel yang menyebabkan H+ berpindah ke intrasel, sehingga K serum tetap dalam batas normal.
Keadaan ini terjadi: penyakit Cushing akibat terapi kortikosteroid, intake K yang kurang.
D.        FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
          Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, antara lain :
1.      Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung. 
2.      Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari. 
3.       Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4.      Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5.      Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :   
a.       Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b.      Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
c.       Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6.      Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7.      Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8.      Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
 
 
E.        PROSES PERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN , ELEKTROLIT DAN ASAM BASA
1.  Terapi cairan
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas fisiologis.
Indikasinya antara lain:
a.       Kehilangan cairan tubuh akut
b.       Kehilangan darah
c.       Anoreksia
d.      Kelainan saluran cerna
      Tujuan pemberian terapi cairan dijabarkan sebagai berikut :



a.       Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis.
Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.
2.  Teapi Elektrolit
a.   Hiponatremia
1)      Atasi penyakit dasar
2)      Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia
3)      Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-lahan, sedangkan hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi berlebihan karena dapat menyebabkan central pontine myelinolysis
4)      Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada pasien asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar 1 sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Na serum sampai 125 mEq/L digunakan rumus:
Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L – Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter)
TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)
5)      Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing mengandung 0,51 mEq/ml dan 0,86 mEq/ml)
6)      Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan diuretic
7)      Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan kecepatan kira-kira 1 mL/kg per jam.
b.   Hipernatremia
1)      Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian normal saline sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.
2)      Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau jika perlu dengan dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk mengganti defisit air. Defisit air tubuh ditaksir sbb:
Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) – air tubuh skrg
Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal)
Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)
Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa defisit dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari edema serebral.
c.   Hipokalemia
1)      Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada hipomagnesia. Ini sering terjadi pada penggunaan diuretik boros kalium. Magnesium harus diganti jika kadar serum rendah.
2)      Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal terapi diuretik. Cek ulang kadar K+ 2 sampai 4 minggu setelah suplementasi dimulai.
3)      Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang tidak tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan pemberian sbb:
Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq per hari.
4)  Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.
d.  Hiperkalemia
1)      Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum > 7 mEq/L
2)      Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10 menit untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung
3)      Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium berpindah dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO3 iv selama 30 menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan
4)      Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke intraseluler. 5 sampai 10 unit regular insulin sebaiknya diberikan dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama 5 menit
5)      Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan refrakter
6)      Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR < 15 ml/menit)

e.       Penanganan Gangguan Keseimbangan Asam Basa

1)      Mengembalikan nilai PH pada keadaan normal
2)      Koreksi keadaan asidosis repiratorik: Naiknya ventilasi dan mengoreksi penyebab
3)      Koreksi keadaan alkalosis respiratorik: turunnya ventilasi dan terapi penyebab
4)      Koreksi keadaan asidosis metabolik:
a.       Pemberian Bicarbonat IV/ oral
b.      Terapi penyebab
c.       Koreksi keadaan alkalosis metabolik dengan cara: memberi KCl dan mengobati penyebab
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Baca selengkapnya »

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MATERI KEPERAWATAN 2010

Template By Zainul humam